Saturday, April 20, 2019

Filled Under:

Terjemhan Riyadhus Shalihin Bab Ash Shidqi

Terjemhan Riyadhus Shalihin Bab Ash Shidqi

بِسْمِ الله الرحمَنِ الحيمِ
باب الصدق‏ .‏
(Kebenaran)

قال الله تعالى‏:‏ ‏{‏يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وكونوا مع الصادقين‏}‏

 ‏(‏‏(‏التوبة ‏:‏119‏)‏‏)‏ وقال تعالى ‏:‏ ‏{‏والصادقين والصادقات‏}‏ ‏(‏‏(‏الأحزاب‏:‏ 35‏)‏‏)
‏‏.‏ وقال تعالى ‏:‏ ‏{‏فلو صدقوا الله لكان خيراً لهم‏}‏ ‏(‏‏(‏محمد ‏:‏ 21‏)‏‏)‏‏.‏

Allah Ta'ala berfirman:
"Hai sekalian orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah engkau 

semua bersama-sama dengan orang-orang yang benar." (at-Taubah: 119)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan orang-orang yang benar, lelaki ataupun perempuan." (al-Ahzab: 35)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Dan andaikata mereka itu bersikap benar terhadap Allah, pastilah hal itu amat baik untuk 

mereka sendiri." (Muhammad: 21)
Adapun Hadis-hadis yang menerangkannya ialah:
54. Pertama: Dari Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya kebenaran

 - baik yang berupa ucapan atau perbuatan - itu menunjukkan kepada kebaikan dan 
sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke syurga dan sesungguhnya seseorang itu 
nescaya melakukan kebenaran sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang ahli 
melakukan kebenaran. Dan sesungguhnya berdusta itu menunjukkan kepada kecurangan 
dan sesungguhnya kecurangan itu menunjukkan kepada neraka dan sesungguhnya 
seseorang itu nescaya berdusta sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang 
ahli berdusta." (Muttafaq 'alaih)
Sabda Nabi s.a.w. Yuriibuka, boleh dengan difathahkan ya'nya (dan boleh pula didhamahnya, 

ertinya: "Tinggalkanlah olehmu apa saja yang engkau ragukan perihal boleh atau halalnya 
sesuatu dan beralihlah kepada yang tidak ada keragu-raguan perihal itu dalam hatimu."
55 Kedua: Dari Abu Sufyan bin Shakhr bin Harb r.a. dalam Hadisnya yang panjang dalam 

menghuraikan ceritera Raja Hercules. Hercules berkata: "Maka apakah yang diperintah 
olehnya?" Yang dimaksud ialah oleh Nabi s.a.w. Abu Sufyan berkata: "Saya lalu menjawab:
 "Ia berkata: "Sembahlah akan Allah yang Maha Esa, jangan menyekutukan sesuatu 
denganNya dan tinggalkanlah apa-apa yang dikatakan oleh nenek-moyangmu semua.
" Ia juga menyuruh supaya kita semua melakukan shalat, bersikap benar, menahan diri 
dari keharaman serta mempererat kekeluargaan." (Muttafaq 'alaih)
56. Ketiga: Dari Abu Muhammad, iaitu Alhasan bin Ali bin Abu Thalib radhiallahu 'anhuma, 

katanya: "Saya menghafal sabda dari Rasulullah s.a.w. iaitu: "Tinggalkan apa-apa 
yang menyangsikan hatimu - yakni jangan terus dilakukan - dan berpindahlah kepada 
apa-apa yang tidak menyangsikan hatimu - yakni yang hatimu tenang jikalau melakukannya.
 Maka sesungguhnya bersikap benar itu adalah ketenangan dan berdusta itu menyebabkan
 timbulnya kesangsian."

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah 

Hadis shahih.
57. Keempat: Dari Abu Tsabit, dalam suatu riwayat lain disebut-kan Abu Said dan 

dalam riwayat lain pula disebutkan Abulwalid, iaitu Sahl bin Hanif r.a., dan dia 
pernah menyaksikan peperangan Badar, bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang memohonkan kepada Allah Ta'ala supaya dimatikan syahid 

dan  permohonannya itu dengan secara yang sebenar-benarnya, maka Allah 
akan menyampaikan orang itu ke tingkat orang-orang yang mati syahid, sekalipun 
ia mati di atas tempat tidurnya." (Riwayat Muslim)
58. Kelima: Dari Abu Hurairah r.a. berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Ada seorang Nabi dari golongan beberapa Nabi shalawatullahi wa salamuhu 'alaihim 

berperang, kemudian ia berkata kepada kaumnya: "Jangan mengikuti peperanganku
 ini seorang lelaki yang memiliki kemaluan wanita - yakni baru kahwin - dan ia hendak 
masuk tidur dengan isterinya itu, tetapi masih belum lagi masuk tidur dengannya, 
jangan pula mengikuti peperangan ini seorang yang  membangun rumah dan belum 
lagi mengangkat atapnya - maksudnya belum selesai sampai rampung sama sekali,
 jangan pula seseorang yang membeli kambing atau unta yang sedang bunting tua 
yang ia menantikan kelahiran anak-anak ternaknya itu - yang dibelinya itu.
Nabi itu lalu berperang, kemudian mendekati sesuatu desa pada waktu shalat Asar atau 

sudah dekat dengan itu, kemudian ia berkata kepada matahari: "Sesungguhnya engkau - 
hai matahari - adalah diperintahkan - yakni berjalan mengikuti perintah Tuhan - dan
 saya pun juga diperintahkan - yakni berperang ini pun mengikuti perintah Tuhan. Ya Allah, 
tahanlah jalan matahari itu di atas kita." Kemudian matahari itu tertahan jalannya sehingga
 Allah memberikan kemenangan kepada Nabi tersebut. Beliau mengumpulkan banyak 
harta rampasan. Kemudian datanglah, yang dimaksud datang adalah api, untuk makan 
harta rampasan tadi,  tetapi ia tidak suka memakannya. Nabi itu berkata: "Sesungguhnya 
di kalangan engkau semua itu ada yang menyembunyikan harta rampasan, maka dari itu 
hendaklah berbai'at padaku - dengan jalan berjabatan tangan - dari setiap kabilah seseorang l
elaki. Lalu ada seorang lelaki yang lekat tangannya itu dengan tangan Nabi tersebut. Nabi
 itu lalu berkata lagi: "Nah, sesungguhnya di kalangan kabilah-mu itu ada yang menyembunyikan
 harta rampasan. Oleh sebab itu hendaklah seluruh orang dari kabilahmu itu memberikan 
pembai'atan padaku." Selanjutnya ada dua atau tiga orang yang tangannya itu lekat dengan 
tangan Nabi itu, lalu beliau berkata pula: "Di kalanganmu semua itu ada yang menyembunyikan
 harta rampasan." Mereka lalu mendatangkan sebuah kepala sebesar kepala lembu yang 
terbuat dari emas - dan inilah benda yang disembunyikan, lalu diletakkanlah benda tersebut,
 kemudian datanglah api terus memakannya - semua harta rampasan. 
Oleh sebab itu memang tidak halallah harta-harta rampasan itu untuk siapapun 
ummat sebelum kita, kemudian Allah menghalalkannya untuk kita harta-harta rampasan
 tersebut, di kala Allah mengetahui betapa kedhaifan serta kelemahan kita semua. 
Oleh sebab itu lalu Allah menghalalkannya untuk kita." (Muttafaq 'alaih)
Alkhalifaat, dengan fathahnya kha' mu'jamah dan kasrahnya lam adalah jamaknya 

khalifatun, ertinya ialah unta yang bunting.
59. Keenam: Dari Abu Khalid iaitu Hakim bin Hizam r.a., ia masuk Islam di zaman 

pembebasan Makkah, sedang ayahnya adalah termasuk golongan pembesar-pembesar 
Quraisy, baik di masa Jahiliyah atau pun di masa Islam, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Dua orang yang berjual-beli itu dengan kebebasan - yakni boleh mengurungkan

 jual-belinya atau jadi meneruskannya - selama keduanya itu belum berpisah. 
Apabila keduanya itu bersikap benar dan menerangkan - cacat-cacatnya, maka 
diberi berkahlah jual-beli keduanya, tetapi jikalau keduanya itu menyembunyikan
 - cacat-cacatnya - dan sama-sama berdusta, maka dileburlah keberkahan jual-beli 
keduanya itu." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Kata Shidqun yang bererti benar itu, maksudnya tidak hanya benar dalam pembicaraannya 

saja, tetapi juga benar dalam amal perbuatannya. Jadi benar dalam kedua hal itulah 
yang menurut sabda Nabi s.a.w. dapat menunjukkan ke jalan kebajikan dan kebajikan
 ini yang menunjukkan ke jalan menuju syurga.
Secara ringkasnya, seseorang itu baru dapat dikatakan benar, manakala ucapannya 

sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukan, atau dengan kata lain ialah manakala 
amal perbuatannya itu masih bertentangan dengan ucapannya, tetaplah ia dianggap 
sebagai manusia yang berdusta atau kadzib. Misalnya seorang yang mengaku 
beragama Islam, tetapi shalat tidak dilakukan, puasa tidak dikerjakan, bahkan 
mengucapkan dua kalimat syahadat saja tidak dapat, maka dapatkah orang 
semacam itu dikatakan benar ucapannya. Tentu tidak dapat. Ia tetap berdusta 
yang oleh Rasulullah s.a.w. disabdakan bahawa kedustaan itu menunjukkan 
ke jalan kecurangan dan kecurangan itu menunjukkan ke jalan menuju neraka.
Nota kaki:
Jadi bila kila meragu-ragukan sesuatu, baiklah kita tinggalkan saja dan beralih pada 

yang tidak meragu-ragukan, misalnya sesuatu yang belum terang hukumnya yakni 
samar-samar atau syubhat, maka baiklah engkau tinggalkan saja.

BAB 17
Kewajiban  Mengikuti Hukum Allah  Dan Apa-apa YangDiucapkan Oleh Orang Yang 

Diajak KeArah Itu Dan Yang Diperintah Berbuat Kebaikan Atau Dilarang Berbuat 
Keburukan Allah Ta'ala berfirman:
"Tetapi tidak, demi Tuhanmu. Mereka belum sebenarnya beriman sebelum mereka

 meminta keputusan kepadamu perkara-perkara yang mereka perselisihkan, 
kemudian mereka tidak menaruh keberatan dalam hatinya terhadap putusan 
yang engkau berikan itu dan mereka menyerah dengan penyerahan yang bulat-bulat
." (an-Nisa': 65)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Hanyasanya ucapan kaum mu'minin, apabila mereka diseru kepada jalan Allah dan 

RasulNya untuk memberikan hukum di antara mereka itu ialah mereka itu mengucapkan:
 "Kita semua mendengarkan dan mentaati." Mereka itu adalah orang-orang yang berbahagia
." (an-Nur: 51)
Keterangan:
Setiap orang sudah pasti mengerti bahawa Islam adalah suatu agama yang sudah cukup 

lengkap hukum-hukumnya serta peraturan-peraturannya. Dalam segala macam persoalan
 Islam sudah menyediakan hukum yang wajib diterapkan untuknya itu, mulai dari hal yang 
sekecil-kecilnya seperti berkawan, adab pergaulan, berumah tangga dan lain-lain, juga 
sampai yang sebesarnya, misalnya menegakkan tertib hukum, mengatur keamanan 
dalam negara dan sebagainya. Dalam hal perselisihan antara orang seorang, antara 
golongan satu dengan lainnya, bahkan antara bangsa dengan lain bangsa pun tercantum 
pula hukumnya.
Jadi kita sebagai penganut agama Islam berkewajiban mengamalkan hukum-hukum itu 

tanpa membantah sama sekali, jika memang benar-benar nyata hukum itu dari Tuhan 
dan RasulNya dan bukan semata-mata dibuat-buat sendiri oleh manusia yang gemar
 pada kebid'ahan, jelasnya orang-orang yang mengada-adakan hukum dari kehendaknya 
sendiri dan dikatakan bahawa itulah hukum agama dari Tuhan.
Sementara itu segala persoalan yang terjadi, maka untuk menerapkan hukumnya jangan 

menggunakan hukum yang selain dari Tuhan dan RasulNya. Jadi persoalan itu kita 
cocokkan sesuai dengan hukum yang ada dalam agama Islam. Manakala kita 
mengerjakan kebalikannya, tentulah salah, iaitu persoalan yang ada itu kita carikan 
hukumnya dalam agama yang kiranya dapat sesuai dengan kehendak atau kemahuan 
hawa nafsu kita sendiri, atau disesuaikan dengan kemahuan orang lain yang kita 
anggap terhormat agar mendapatkan pujian atau sekadar harta daripadanya. 
Oleh sebab itu jikalau hukum agama itu diibaratkan sebagai kepala atau kaki, 
sekiranya kita ingin membeli kopyah atau sepatu, hendaknya kopyah dan sepatu
 itu yang kita cocokkan dengan kepala atau kaki kita dan tidak sebaliknya, yakni 
kepala atau kaki yang kita cocokkan dengan kopyah atau sepatu tersebut. Kalau 
kekecilan, kepala dan kaki diperkecilkan dan kalau kebesaran, lalu kepala atau kaki 
dipukuli agar bengkak sehingga cocok dengan kopyah atau sepatu yang berukuran besar tadi.
Ringkasnya dalam segala hal, jangan sampai hukum agama yang dikalahkan, sebaliknya

 itulah yang justeru wajib dimuliakan dan dijunjung setinggi-tingginya, sebab memang 
datangnya dari Tuhan Rabbul  'Alamin. Semogalah kita dapat melaksanakan yang 
sedemikian ini, sehingga berbahagialah hidup kita sejak di dunia sampai di akhirat nanti. Amin.
Dalam bab ini ada beberapa Hadis, di antaranya ialah Hadis Abu Hurairah yang tercantum

 dalam permulaan bab sebelum ini – lihat Hadis no. 156 - dan ada pula Hadis-hadis yang lainnya.
168. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Ketika ayat ini turun pada Rasulullah s.a.w. iaitu-y

ang ertinya: Bagi Allah adalah apa-apa yang ada di dalam langit dan apa yang ada di bumi. 
Jikalau engkau semua terangkan apa-apa yang dalam hatimu alau jikalau engkau semua
 sembunyikan itu, nescaya Allah akan memperhitungkan semuanya," sampai akhir ayat.
Dikala itu, maka hal yang sedemikian tadi dirasa amat berat oleh para sahabat Rasulullah 

s.a.w. Mereka lalu mendatangi Rasulullah s.a.w. kemudian mereka berjongkok di atas 
lutut mereka lalu berkata: "Ya Rasulullah, kita telah dipaksakan untuk melakukan 
amalan-amalan yang kita semua juga kuat melaksanakannya, iaitu shalat, puasa, 
jihad dan sedekah. Tetapi kini telah diturunkan kepada Tuan sebuah ayat dan kita
 rasanya tidak kuat melaksanakannya.
Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Adakah engkau semua hendak mengatakan sebagaimana 

yang dikatakan oleh dua golongan ahlul kitab-kaum Nasrani dan Yahudi -yang hidup 
sebelummu semua ini, iaitu ucapan: "Kita mendengar tetapi kita menyalahi." Tidak boleh 
sedemikian itu, tetapi ucapkanlah: "Kita mendengar dan kita mentaati. Kita memohonkan 
pengampunan padaMu, ya Tuhan kita, dan kepadaMu lah tempat kembali."
Setelah kaum - sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. - membaca itu, lagi pula lidah-lidah

 mereka telah tunduk - tidak boleh bercakap sesuatu, lalu Allah Ta'ala menurunkan 
lagi sesudah itu ayat - yang ertinya:
"Rasul itu mempercayai apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, begitu pula 

orang-orang yang beriman. Semuanya percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya,
 kitab-kitabNya, dan rasul-rasulNya. Mereka berkata: "Kita tidak membeza-bezakan 
seorangpun di antara rasul-rasul Allah itu." Mereka berkata lagi: "Kita  mendengar dan 
kita mentaati. Kita memohonkan pengampunan daripadaMu, ya Tuhan kita dan 
kepadaMulah tempat kembali."
Selanjutnya setelah mereka telah melaksanakan sebagaimana isi ayat di atas itu, lalu 

Allah 'Azzawajalla menurunkan lagi ayat - yang Artinya:
"Allah tidak melaksanakan kewajiban kepada seseorang, hanyalah sekadar kekuatannya 

belaka, bermanfaat untuknya apa-apa yang ia lakukan dan berbahaya pula atasnya 
apa-apa yang ia lakukan. Ya Tuhan kita, janganlah Engkau menghukum kita atas 
sesuatu yang kita lakukan kerana kelupaan atau kekhilafan - yang tidak disengaja."
Beliau s.a.w. bersabda: "Benar -  kita telah melaksanakan."
"Ya Tuhan kita, janganlah Engkau pikulkan kepada kita beban yang berat, sebagaimana 

yang telah Engkau pikulkan kepada orang-orang yang terdahulu sebelum kita."
Beliau bersabda: "Benar."
"Ya Tuhan kita, janganlah Engkau pikulkan kepada kita sesuatu yang kita tidak kuat 

melaksanakannya."
Beliau bersabda: "Benar."
"Dan berilah maaf dan pengampunan, belas kasihanlah kita. Engkau pelindung kita, 

maka tolonglah kita terhadap kaum kafirin itu."
Beliau bersabda: "Benar." (Ayat di atas dari surat al-Baqarah 286). (Riwayat Muslim)

0 komentar:

Copyright @ 2013 IKATAN KELUARGA BESAR HAJI ABU BIN HAJI RAIS.