Terjemhan Riyadhus Shalihin Bab Ash Shidqi
بِسْمِ الله الرحمَنِ الحيمِ
بِسْمِ الله الرحمَنِ الحيمِ
باب الصدق .
(Kebenaran)
قال الله تعالى: {يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وكونوا مع الصادقين}
((التوبة :119)) وقال تعالى : {والصادقين والصادقات} ((الأحزاب: 35))
. وقال تعالى : {فلو صدقوا الله لكان خيراً لهم} ((محمد : 21)).
Allah Ta'ala berfirman:
"Hai sekalian orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah engkau
semua bersama-sama dengan orang-orang yang benar." (at-Taubah: 119)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan orang-orang yang benar, lelaki ataupun perempuan." (al-Ahzab: 35)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Dan andaikata mereka itu bersikap benar terhadap Allah, pastilah hal itu amat baik untuk
mereka sendiri." (Muhammad: 21)
Adapun Hadis-hadis yang menerangkannya ialah:
54. Pertama: Dari Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya kebenaran
- baik yang berupa ucapan atau perbuatan - itu menunjukkan kepada kebaikan dan
sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke syurga dan sesungguhnya seseorang itu
nescaya melakukan kebenaran sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang ahli
melakukan kebenaran. Dan sesungguhnya berdusta itu menunjukkan kepada kecurangan
dan sesungguhnya kecurangan itu menunjukkan kepada neraka dan sesungguhnya
seseorang itu nescaya berdusta sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang
ahli berdusta." (Muttafaq 'alaih)
Sabda Nabi s.a.w. Yuriibuka, boleh dengan difathahkan ya'nya (dan boleh pula didhamahnya,
ertinya: "Tinggalkanlah olehmu apa saja yang engkau ragukan perihal boleh atau halalnya
sesuatu dan beralihlah kepada yang tidak ada keragu-raguan perihal itu dalam hatimu."
55 Kedua: Dari Abu Sufyan bin Shakhr bin Harb r.a. dalam Hadisnya yang panjang dalam
menghuraikan ceritera Raja Hercules. Hercules berkata: "Maka apakah yang diperintah
olehnya?" Yang dimaksud ialah oleh Nabi s.a.w. Abu Sufyan berkata: "Saya lalu menjawab:
"Ia berkata: "Sembahlah akan Allah yang Maha Esa, jangan menyekutukan sesuatu
denganNya dan tinggalkanlah apa-apa yang dikatakan oleh nenek-moyangmu semua.
" Ia juga menyuruh supaya kita semua melakukan shalat, bersikap benar, menahan diri
dari keharaman serta mempererat kekeluargaan." (Muttafaq 'alaih)
56. Ketiga: Dari Abu Muhammad, iaitu Alhasan bin Ali bin Abu Thalib radhiallahu 'anhuma,
katanya: "Saya menghafal sabda dari Rasulullah s.a.w. iaitu: "Tinggalkan apa-apa
yang menyangsikan hatimu - yakni jangan terus dilakukan - dan berpindahlah kepada
apa-apa yang tidak menyangsikan hatimu - yakni yang hatimu tenang jikalau melakukannya.
Maka sesungguhnya bersikap benar itu adalah ketenangan dan berdusta itu menyebabkan
timbulnya kesangsian."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah
Hadis shahih.
57. Keempat: Dari Abu Tsabit, dalam suatu riwayat lain disebut-kan Abu Said dan
dalam riwayat lain pula disebutkan Abulwalid, iaitu Sahl bin Hanif r.a., dan dia
pernah menyaksikan peperangan Badar, bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang memohonkan kepada Allah Ta'ala supaya dimatikan syahid
dan permohonannya itu dengan secara yang sebenar-benarnya, maka Allah
akan menyampaikan orang itu ke tingkat orang-orang yang mati syahid, sekalipun
ia mati di atas tempat tidurnya." (Riwayat Muslim)
58. Kelima: Dari Abu Hurairah r.a. berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Ada seorang Nabi dari golongan beberapa Nabi shalawatullahi wa salamuhu 'alaihim
berperang, kemudian ia berkata kepada kaumnya: "Jangan mengikuti peperanganku
ini seorang lelaki yang memiliki kemaluan wanita - yakni baru kahwin - dan ia hendak
masuk tidur dengan isterinya itu, tetapi masih belum lagi masuk tidur dengannya,
jangan pula mengikuti peperangan ini seorang yang membangun rumah dan belum
lagi mengangkat atapnya - maksudnya belum selesai sampai rampung sama sekali,
jangan pula seseorang yang membeli kambing atau unta yang sedang bunting tua
yang ia menantikan kelahiran anak-anak ternaknya itu - yang dibelinya itu.
Nabi itu lalu berperang, kemudian mendekati sesuatu desa pada waktu shalat Asar atau
sudah dekat dengan itu, kemudian ia berkata kepada matahari: "Sesungguhnya engkau -
hai matahari - adalah diperintahkan - yakni berjalan mengikuti perintah Tuhan - dan
saya pun juga diperintahkan - yakni berperang ini pun mengikuti perintah Tuhan. Ya Allah,
tahanlah jalan matahari itu di atas kita." Kemudian matahari itu tertahan jalannya sehingga
Allah memberikan kemenangan kepada Nabi tersebut. Beliau mengumpulkan banyak
harta rampasan. Kemudian datanglah, yang dimaksud datang adalah api, untuk makan
harta rampasan tadi, tetapi ia tidak suka memakannya. Nabi itu berkata: "Sesungguhnya
di kalangan engkau semua itu ada yang menyembunyikan harta rampasan, maka dari itu
hendaklah berbai'at padaku - dengan jalan berjabatan tangan - dari setiap kabilah seseorang l
elaki. Lalu ada seorang lelaki yang lekat tangannya itu dengan tangan Nabi tersebut. Nabi
itu lalu berkata lagi: "Nah, sesungguhnya di kalangan kabilah-mu itu ada yang menyembunyikan
harta rampasan. Oleh sebab itu hendaklah seluruh orang dari kabilahmu itu memberikan
pembai'atan padaku." Selanjutnya ada dua atau tiga orang yang tangannya itu lekat dengan
tangan Nabi itu, lalu beliau berkata pula: "Di kalanganmu semua itu ada yang menyembunyikan
harta rampasan." Mereka lalu mendatangkan sebuah kepala sebesar kepala lembu yang
terbuat dari emas - dan inilah benda yang disembunyikan, lalu diletakkanlah benda tersebut,
kemudian datanglah api terus memakannya - semua harta rampasan.
Oleh sebab itu memang tidak halallah harta-harta rampasan itu untuk siapapun
ummat sebelum kita, kemudian Allah menghalalkannya untuk kita harta-harta rampasan
tersebut, di kala Allah mengetahui betapa kedhaifan serta kelemahan kita semua.
Oleh sebab itu lalu Allah menghalalkannya untuk kita." (Muttafaq 'alaih)
Alkhalifaat, dengan fathahnya kha' mu'jamah dan kasrahnya lam adalah jamaknya
khalifatun, ertinya ialah unta yang bunting.
59. Keenam: Dari Abu Khalid iaitu Hakim bin Hizam r.a., ia masuk Islam di zaman
pembebasan Makkah, sedang ayahnya adalah termasuk golongan pembesar-pembesar
Quraisy, baik di masa Jahiliyah atau pun di masa Islam, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Dua orang yang berjual-beli itu dengan kebebasan - yakni boleh mengurungkan
jual-belinya atau jadi meneruskannya - selama keduanya itu belum berpisah.
Apabila keduanya itu bersikap benar dan menerangkan - cacat-cacatnya, maka
diberi berkahlah jual-beli keduanya, tetapi jikalau keduanya itu menyembunyikan
- cacat-cacatnya - dan sama-sama berdusta, maka dileburlah keberkahan jual-beli
keduanya itu." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Kata Shidqun yang bererti benar itu, maksudnya tidak hanya benar dalam pembicaraannya
saja, tetapi juga benar dalam amal perbuatannya. Jadi benar dalam kedua hal itulah
yang menurut sabda Nabi s.a.w. dapat menunjukkan ke jalan kebajikan dan kebajikan
ini yang menunjukkan ke jalan menuju syurga.
Secara ringkasnya, seseorang itu baru dapat dikatakan benar, manakala ucapannya
sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukan, atau dengan kata lain ialah manakala
amal perbuatannya itu masih bertentangan dengan ucapannya, tetaplah ia dianggap
sebagai manusia yang berdusta atau kadzib. Misalnya seorang yang mengaku
beragama Islam, tetapi shalat tidak dilakukan, puasa tidak dikerjakan, bahkan
mengucapkan dua kalimat syahadat saja tidak dapat, maka dapatkah orang
semacam itu dikatakan benar ucapannya. Tentu tidak dapat. Ia tetap berdusta
yang oleh Rasulullah s.a.w. disabdakan bahawa kedustaan itu menunjukkan
ke jalan kecurangan dan kecurangan itu menunjukkan ke jalan menuju neraka.
Nota kaki:
Jadi bila kila meragu-ragukan sesuatu, baiklah kita tinggalkan saja dan beralih pada
yang tidak meragu-ragukan, misalnya sesuatu yang belum terang hukumnya yakni
samar-samar atau syubhat, maka baiklah engkau tinggalkan saja.
BAB 17
Kewajiban Mengikuti Hukum Allah Dan Apa-apa YangDiucapkan Oleh Orang Yang
Diajak KeArah Itu Dan Yang Diperintah Berbuat Kebaikan Atau Dilarang Berbuat
Keburukan Allah Ta'ala berfirman:
"Tetapi tidak, demi Tuhanmu. Mereka belum sebenarnya beriman sebelum mereka
meminta keputusan kepadamu perkara-perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak menaruh keberatan dalam hatinya terhadap putusan
yang engkau berikan itu dan mereka menyerah dengan penyerahan yang bulat-bulat
." (an-Nisa': 65)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Hanyasanya ucapan kaum mu'minin, apabila mereka diseru kepada jalan Allah dan
RasulNya untuk memberikan hukum di antara mereka itu ialah mereka itu mengucapkan:
"Kita semua mendengarkan dan mentaati." Mereka itu adalah orang-orang yang berbahagia
." (an-Nur: 51)
Keterangan:
Setiap orang sudah pasti mengerti bahawa Islam adalah suatu agama yang sudah cukup
lengkap hukum-hukumnya serta peraturan-peraturannya. Dalam segala macam persoalan
Islam sudah menyediakan hukum yang wajib diterapkan untuknya itu, mulai dari hal yang
sekecil-kecilnya seperti berkawan, adab pergaulan, berumah tangga dan lain-lain, juga
sampai yang sebesarnya, misalnya menegakkan tertib hukum, mengatur keamanan
dalam negara dan sebagainya. Dalam hal perselisihan antara orang seorang, antara
golongan satu dengan lainnya, bahkan antara bangsa dengan lain bangsa pun tercantum
pula hukumnya.
Jadi kita sebagai penganut agama Islam berkewajiban mengamalkan hukum-hukum itu
tanpa membantah sama sekali, jika memang benar-benar nyata hukum itu dari Tuhan
dan RasulNya dan bukan semata-mata dibuat-buat sendiri oleh manusia yang gemar
pada kebid'ahan, jelasnya orang-orang yang mengada-adakan hukum dari kehendaknya
sendiri dan dikatakan bahawa itulah hukum agama dari Tuhan.
Sementara itu segala persoalan yang terjadi, maka untuk menerapkan hukumnya jangan
menggunakan hukum yang selain dari Tuhan dan RasulNya. Jadi persoalan itu kita
cocokkan sesuai dengan hukum yang ada dalam agama Islam. Manakala kita
mengerjakan kebalikannya, tentulah salah, iaitu persoalan yang ada itu kita carikan
hukumnya dalam agama yang kiranya dapat sesuai dengan kehendak atau kemahuan
hawa nafsu kita sendiri, atau disesuaikan dengan kemahuan orang lain yang kita
anggap terhormat agar mendapatkan pujian atau sekadar harta daripadanya.
Oleh sebab itu jikalau hukum agama itu diibaratkan sebagai kepala atau kaki,
sekiranya kita ingin membeli kopyah atau sepatu, hendaknya kopyah dan sepatu
itu yang kita cocokkan dengan kepala atau kaki kita dan tidak sebaliknya, yakni
kepala atau kaki yang kita cocokkan dengan kopyah atau sepatu tersebut. Kalau
kekecilan, kepala dan kaki diperkecilkan dan kalau kebesaran, lalu kepala atau kaki
dipukuli agar bengkak sehingga cocok dengan kopyah atau sepatu yang berukuran besar tadi.
Ringkasnya dalam segala hal, jangan sampai hukum agama yang dikalahkan, sebaliknya
itulah yang justeru wajib dimuliakan dan dijunjung setinggi-tingginya, sebab memang
datangnya dari Tuhan Rabbul 'Alamin. Semogalah kita dapat melaksanakan yang
sedemikian ini, sehingga berbahagialah hidup kita sejak di dunia sampai di akhirat nanti. Amin.
Dalam bab ini ada beberapa Hadis, di antaranya ialah Hadis Abu Hurairah yang tercantum
dalam permulaan bab sebelum ini – lihat Hadis no. 156 - dan ada pula Hadis-hadis yang lainnya.
168. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Ketika ayat ini turun pada Rasulullah s.a.w. iaitu-y
ang ertinya: Bagi Allah adalah apa-apa yang ada di dalam langit dan apa yang ada di bumi.
Jikalau engkau semua terangkan apa-apa yang dalam hatimu alau jikalau engkau semua
sembunyikan itu, nescaya Allah akan memperhitungkan semuanya," sampai akhir ayat.
Dikala itu, maka hal yang sedemikian tadi dirasa amat berat oleh para sahabat Rasulullah
s.a.w. Mereka lalu mendatangi Rasulullah s.a.w. kemudian mereka berjongkok di atas
lutut mereka lalu berkata: "Ya Rasulullah, kita telah dipaksakan untuk melakukan
amalan-amalan yang kita semua juga kuat melaksanakannya, iaitu shalat, puasa,
jihad dan sedekah. Tetapi kini telah diturunkan kepada Tuan sebuah ayat dan kita
rasanya tidak kuat melaksanakannya.
Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Adakah engkau semua hendak mengatakan sebagaimana
yang dikatakan oleh dua golongan ahlul kitab-kaum Nasrani dan Yahudi -yang hidup
sebelummu semua ini, iaitu ucapan: "Kita mendengar tetapi kita menyalahi." Tidak boleh
sedemikian itu, tetapi ucapkanlah: "Kita mendengar dan kita mentaati. Kita memohonkan
pengampunan padaMu, ya Tuhan kita, dan kepadaMu lah tempat kembali."
Setelah kaum - sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. - membaca itu, lagi pula lidah-lidah
mereka telah tunduk - tidak boleh bercakap sesuatu, lalu Allah Ta'ala menurunkan
lagi sesudah itu ayat - yang ertinya:
"Rasul itu mempercayai apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, begitu pula
orang-orang yang beriman. Semuanya percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya,
kitab-kitabNya, dan rasul-rasulNya. Mereka berkata: "Kita tidak membeza-bezakan
seorangpun di antara rasul-rasul Allah itu." Mereka berkata lagi: "Kita mendengar dan
kita mentaati. Kita memohonkan pengampunan daripadaMu, ya Tuhan kita dan
kepadaMulah tempat kembali."
Selanjutnya setelah mereka telah melaksanakan sebagaimana isi ayat di atas itu, lalu
Allah 'Azzawajalla menurunkan lagi ayat - yang Artinya:
"Allah tidak melaksanakan kewajiban kepada seseorang, hanyalah sekadar kekuatannya
belaka, bermanfaat untuknya apa-apa yang ia lakukan dan berbahaya pula atasnya
apa-apa yang ia lakukan. Ya Tuhan kita, janganlah Engkau menghukum kita atas
sesuatu yang kita lakukan kerana kelupaan atau kekhilafan - yang tidak disengaja."
Beliau s.a.w. bersabda: "Benar - kita telah melaksanakan."
"Ya Tuhan kita, janganlah Engkau pikulkan kepada kita beban yang berat, sebagaimana
yang telah Engkau pikulkan kepada orang-orang yang terdahulu sebelum kita."
Beliau bersabda: "Benar."
"Ya Tuhan kita, janganlah Engkau pikulkan kepada kita sesuatu yang kita tidak kuat
melaksanakannya."
Beliau bersabda: "Benar."
"Dan berilah maaf dan pengampunan, belas kasihanlah kita. Engkau pelindung kita,
maka tolonglah kita terhadap kaum kafirin itu."
Beliau bersabda: "Benar." (Ayat di atas dari surat al-Baqarah 286). (Riwayat Muslim)
(Kebenaran)
قال الله تعالى: {يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وكونوا مع الصادقين}
((التوبة :119)) وقال تعالى : {والصادقين والصادقات} ((الأحزاب: 35))
. وقال تعالى : {فلو صدقوا الله لكان خيراً لهم} ((محمد : 21)).
Allah Ta'ala berfirman:
"Hai sekalian orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah engkau
semua bersama-sama dengan orang-orang yang benar." (at-Taubah: 119)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan orang-orang yang benar, lelaki ataupun perempuan." (al-Ahzab: 35)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Dan andaikata mereka itu bersikap benar terhadap Allah, pastilah hal itu amat baik untuk
mereka sendiri." (Muhammad: 21)
Adapun Hadis-hadis yang menerangkannya ialah:
54. Pertama: Dari Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya kebenaran
- baik yang berupa ucapan atau perbuatan - itu menunjukkan kepada kebaikan dan
sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke syurga dan sesungguhnya seseorang itu
nescaya melakukan kebenaran sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang ahli
melakukan kebenaran. Dan sesungguhnya berdusta itu menunjukkan kepada kecurangan
dan sesungguhnya kecurangan itu menunjukkan kepada neraka dan sesungguhnya
seseorang itu nescaya berdusta sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang
ahli berdusta." (Muttafaq 'alaih)
Sabda Nabi s.a.w. Yuriibuka, boleh dengan difathahkan ya'nya (dan boleh pula didhamahnya,
ertinya: "Tinggalkanlah olehmu apa saja yang engkau ragukan perihal boleh atau halalnya
sesuatu dan beralihlah kepada yang tidak ada keragu-raguan perihal itu dalam hatimu."
55 Kedua: Dari Abu Sufyan bin Shakhr bin Harb r.a. dalam Hadisnya yang panjang dalam
menghuraikan ceritera Raja Hercules. Hercules berkata: "Maka apakah yang diperintah
olehnya?" Yang dimaksud ialah oleh Nabi s.a.w. Abu Sufyan berkata: "Saya lalu menjawab:
"Ia berkata: "Sembahlah akan Allah yang Maha Esa, jangan menyekutukan sesuatu
denganNya dan tinggalkanlah apa-apa yang dikatakan oleh nenek-moyangmu semua.
" Ia juga menyuruh supaya kita semua melakukan shalat, bersikap benar, menahan diri
dari keharaman serta mempererat kekeluargaan." (Muttafaq 'alaih)
56. Ketiga: Dari Abu Muhammad, iaitu Alhasan bin Ali bin Abu Thalib radhiallahu 'anhuma,
katanya: "Saya menghafal sabda dari Rasulullah s.a.w. iaitu: "Tinggalkan apa-apa
yang menyangsikan hatimu - yakni jangan terus dilakukan - dan berpindahlah kepada
apa-apa yang tidak menyangsikan hatimu - yakni yang hatimu tenang jikalau melakukannya.
Maka sesungguhnya bersikap benar itu adalah ketenangan dan berdusta itu menyebabkan
timbulnya kesangsian."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah
Hadis shahih.
57. Keempat: Dari Abu Tsabit, dalam suatu riwayat lain disebut-kan Abu Said dan
dalam riwayat lain pula disebutkan Abulwalid, iaitu Sahl bin Hanif r.a., dan dia
pernah menyaksikan peperangan Badar, bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang memohonkan kepada Allah Ta'ala supaya dimatikan syahid
dan permohonannya itu dengan secara yang sebenar-benarnya, maka Allah
akan menyampaikan orang itu ke tingkat orang-orang yang mati syahid, sekalipun
ia mati di atas tempat tidurnya." (Riwayat Muslim)
58. Kelima: Dari Abu Hurairah r.a. berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Ada seorang Nabi dari golongan beberapa Nabi shalawatullahi wa salamuhu 'alaihim
berperang, kemudian ia berkata kepada kaumnya: "Jangan mengikuti peperanganku
ini seorang lelaki yang memiliki kemaluan wanita - yakni baru kahwin - dan ia hendak
masuk tidur dengan isterinya itu, tetapi masih belum lagi masuk tidur dengannya,
jangan pula mengikuti peperangan ini seorang yang membangun rumah dan belum
lagi mengangkat atapnya - maksudnya belum selesai sampai rampung sama sekali,
jangan pula seseorang yang membeli kambing atau unta yang sedang bunting tua
yang ia menantikan kelahiran anak-anak ternaknya itu - yang dibelinya itu.
Nabi itu lalu berperang, kemudian mendekati sesuatu desa pada waktu shalat Asar atau
sudah dekat dengan itu, kemudian ia berkata kepada matahari: "Sesungguhnya engkau -
hai matahari - adalah diperintahkan - yakni berjalan mengikuti perintah Tuhan - dan
saya pun juga diperintahkan - yakni berperang ini pun mengikuti perintah Tuhan. Ya Allah,
tahanlah jalan matahari itu di atas kita." Kemudian matahari itu tertahan jalannya sehingga
Allah memberikan kemenangan kepada Nabi tersebut. Beliau mengumpulkan banyak
harta rampasan. Kemudian datanglah, yang dimaksud datang adalah api, untuk makan
harta rampasan tadi, tetapi ia tidak suka memakannya. Nabi itu berkata: "Sesungguhnya
di kalangan engkau semua itu ada yang menyembunyikan harta rampasan, maka dari itu
hendaklah berbai'at padaku - dengan jalan berjabatan tangan - dari setiap kabilah seseorang l
elaki. Lalu ada seorang lelaki yang lekat tangannya itu dengan tangan Nabi tersebut. Nabi
itu lalu berkata lagi: "Nah, sesungguhnya di kalangan kabilah-mu itu ada yang menyembunyikan
harta rampasan. Oleh sebab itu hendaklah seluruh orang dari kabilahmu itu memberikan
pembai'atan padaku." Selanjutnya ada dua atau tiga orang yang tangannya itu lekat dengan
tangan Nabi itu, lalu beliau berkata pula: "Di kalanganmu semua itu ada yang menyembunyikan
harta rampasan." Mereka lalu mendatangkan sebuah kepala sebesar kepala lembu yang
terbuat dari emas - dan inilah benda yang disembunyikan, lalu diletakkanlah benda tersebut,
kemudian datanglah api terus memakannya - semua harta rampasan.
Oleh sebab itu memang tidak halallah harta-harta rampasan itu untuk siapapun
ummat sebelum kita, kemudian Allah menghalalkannya untuk kita harta-harta rampasan
tersebut, di kala Allah mengetahui betapa kedhaifan serta kelemahan kita semua.
Oleh sebab itu lalu Allah menghalalkannya untuk kita." (Muttafaq 'alaih)
Alkhalifaat, dengan fathahnya kha' mu'jamah dan kasrahnya lam adalah jamaknya
khalifatun, ertinya ialah unta yang bunting.
59. Keenam: Dari Abu Khalid iaitu Hakim bin Hizam r.a., ia masuk Islam di zaman
pembebasan Makkah, sedang ayahnya adalah termasuk golongan pembesar-pembesar
Quraisy, baik di masa Jahiliyah atau pun di masa Islam, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Dua orang yang berjual-beli itu dengan kebebasan - yakni boleh mengurungkan
jual-belinya atau jadi meneruskannya - selama keduanya itu belum berpisah.
Apabila keduanya itu bersikap benar dan menerangkan - cacat-cacatnya, maka
diberi berkahlah jual-beli keduanya, tetapi jikalau keduanya itu menyembunyikan
- cacat-cacatnya - dan sama-sama berdusta, maka dileburlah keberkahan jual-beli
keduanya itu." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Kata Shidqun yang bererti benar itu, maksudnya tidak hanya benar dalam pembicaraannya
saja, tetapi juga benar dalam amal perbuatannya. Jadi benar dalam kedua hal itulah
yang menurut sabda Nabi s.a.w. dapat menunjukkan ke jalan kebajikan dan kebajikan
ini yang menunjukkan ke jalan menuju syurga.
Secara ringkasnya, seseorang itu baru dapat dikatakan benar, manakala ucapannya
sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukan, atau dengan kata lain ialah manakala
amal perbuatannya itu masih bertentangan dengan ucapannya, tetaplah ia dianggap
sebagai manusia yang berdusta atau kadzib. Misalnya seorang yang mengaku
beragama Islam, tetapi shalat tidak dilakukan, puasa tidak dikerjakan, bahkan
mengucapkan dua kalimat syahadat saja tidak dapat, maka dapatkah orang
semacam itu dikatakan benar ucapannya. Tentu tidak dapat. Ia tetap berdusta
yang oleh Rasulullah s.a.w. disabdakan bahawa kedustaan itu menunjukkan
ke jalan kecurangan dan kecurangan itu menunjukkan ke jalan menuju neraka.
Nota kaki:
Jadi bila kila meragu-ragukan sesuatu, baiklah kita tinggalkan saja dan beralih pada
yang tidak meragu-ragukan, misalnya sesuatu yang belum terang hukumnya yakni
samar-samar atau syubhat, maka baiklah engkau tinggalkan saja.
BAB 17
Kewajiban Mengikuti Hukum Allah Dan Apa-apa YangDiucapkan Oleh Orang Yang
Diajak KeArah Itu Dan Yang Diperintah Berbuat Kebaikan Atau Dilarang Berbuat
Keburukan Allah Ta'ala berfirman:
"Tetapi tidak, demi Tuhanmu. Mereka belum sebenarnya beriman sebelum mereka
meminta keputusan kepadamu perkara-perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak menaruh keberatan dalam hatinya terhadap putusan
yang engkau berikan itu dan mereka menyerah dengan penyerahan yang bulat-bulat
." (an-Nisa': 65)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Hanyasanya ucapan kaum mu'minin, apabila mereka diseru kepada jalan Allah dan
RasulNya untuk memberikan hukum di antara mereka itu ialah mereka itu mengucapkan:
"Kita semua mendengarkan dan mentaati." Mereka itu adalah orang-orang yang berbahagia
." (an-Nur: 51)
Keterangan:
Setiap orang sudah pasti mengerti bahawa Islam adalah suatu agama yang sudah cukup
lengkap hukum-hukumnya serta peraturan-peraturannya. Dalam segala macam persoalan
Islam sudah menyediakan hukum yang wajib diterapkan untuknya itu, mulai dari hal yang
sekecil-kecilnya seperti berkawan, adab pergaulan, berumah tangga dan lain-lain, juga
sampai yang sebesarnya, misalnya menegakkan tertib hukum, mengatur keamanan
dalam negara dan sebagainya. Dalam hal perselisihan antara orang seorang, antara
golongan satu dengan lainnya, bahkan antara bangsa dengan lain bangsa pun tercantum
pula hukumnya.
Jadi kita sebagai penganut agama Islam berkewajiban mengamalkan hukum-hukum itu
tanpa membantah sama sekali, jika memang benar-benar nyata hukum itu dari Tuhan
dan RasulNya dan bukan semata-mata dibuat-buat sendiri oleh manusia yang gemar
pada kebid'ahan, jelasnya orang-orang yang mengada-adakan hukum dari kehendaknya
sendiri dan dikatakan bahawa itulah hukum agama dari Tuhan.
Sementara itu segala persoalan yang terjadi, maka untuk menerapkan hukumnya jangan
menggunakan hukum yang selain dari Tuhan dan RasulNya. Jadi persoalan itu kita
cocokkan sesuai dengan hukum yang ada dalam agama Islam. Manakala kita
mengerjakan kebalikannya, tentulah salah, iaitu persoalan yang ada itu kita carikan
hukumnya dalam agama yang kiranya dapat sesuai dengan kehendak atau kemahuan
hawa nafsu kita sendiri, atau disesuaikan dengan kemahuan orang lain yang kita
anggap terhormat agar mendapatkan pujian atau sekadar harta daripadanya.
Oleh sebab itu jikalau hukum agama itu diibaratkan sebagai kepala atau kaki,
sekiranya kita ingin membeli kopyah atau sepatu, hendaknya kopyah dan sepatu
itu yang kita cocokkan dengan kepala atau kaki kita dan tidak sebaliknya, yakni
kepala atau kaki yang kita cocokkan dengan kopyah atau sepatu tersebut. Kalau
kekecilan, kepala dan kaki diperkecilkan dan kalau kebesaran, lalu kepala atau kaki
dipukuli agar bengkak sehingga cocok dengan kopyah atau sepatu yang berukuran besar tadi.
Ringkasnya dalam segala hal, jangan sampai hukum agama yang dikalahkan, sebaliknya
itulah yang justeru wajib dimuliakan dan dijunjung setinggi-tingginya, sebab memang
datangnya dari Tuhan Rabbul 'Alamin. Semogalah kita dapat melaksanakan yang
sedemikian ini, sehingga berbahagialah hidup kita sejak di dunia sampai di akhirat nanti. Amin.
Dalam bab ini ada beberapa Hadis, di antaranya ialah Hadis Abu Hurairah yang tercantum
dalam permulaan bab sebelum ini – lihat Hadis no. 156 - dan ada pula Hadis-hadis yang lainnya.
168. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Ketika ayat ini turun pada Rasulullah s.a.w. iaitu-y
ang ertinya: Bagi Allah adalah apa-apa yang ada di dalam langit dan apa yang ada di bumi.
Jikalau engkau semua terangkan apa-apa yang dalam hatimu alau jikalau engkau semua
sembunyikan itu, nescaya Allah akan memperhitungkan semuanya," sampai akhir ayat.
Dikala itu, maka hal yang sedemikian tadi dirasa amat berat oleh para sahabat Rasulullah
s.a.w. Mereka lalu mendatangi Rasulullah s.a.w. kemudian mereka berjongkok di atas
lutut mereka lalu berkata: "Ya Rasulullah, kita telah dipaksakan untuk melakukan
amalan-amalan yang kita semua juga kuat melaksanakannya, iaitu shalat, puasa,
jihad dan sedekah. Tetapi kini telah diturunkan kepada Tuan sebuah ayat dan kita
rasanya tidak kuat melaksanakannya.
Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Adakah engkau semua hendak mengatakan sebagaimana
yang dikatakan oleh dua golongan ahlul kitab-kaum Nasrani dan Yahudi -yang hidup
sebelummu semua ini, iaitu ucapan: "Kita mendengar tetapi kita menyalahi." Tidak boleh
sedemikian itu, tetapi ucapkanlah: "Kita mendengar dan kita mentaati. Kita memohonkan
pengampunan padaMu, ya Tuhan kita, dan kepadaMu lah tempat kembali."
Setelah kaum - sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. - membaca itu, lagi pula lidah-lidah
mereka telah tunduk - tidak boleh bercakap sesuatu, lalu Allah Ta'ala menurunkan
lagi sesudah itu ayat - yang ertinya:
"Rasul itu mempercayai apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, begitu pula
orang-orang yang beriman. Semuanya percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya,
kitab-kitabNya, dan rasul-rasulNya. Mereka berkata: "Kita tidak membeza-bezakan
seorangpun di antara rasul-rasul Allah itu." Mereka berkata lagi: "Kita mendengar dan
kita mentaati. Kita memohonkan pengampunan daripadaMu, ya Tuhan kita dan
kepadaMulah tempat kembali."
Selanjutnya setelah mereka telah melaksanakan sebagaimana isi ayat di atas itu, lalu
Allah 'Azzawajalla menurunkan lagi ayat - yang Artinya:
"Allah tidak melaksanakan kewajiban kepada seseorang, hanyalah sekadar kekuatannya
belaka, bermanfaat untuknya apa-apa yang ia lakukan dan berbahaya pula atasnya
apa-apa yang ia lakukan. Ya Tuhan kita, janganlah Engkau menghukum kita atas
sesuatu yang kita lakukan kerana kelupaan atau kekhilafan - yang tidak disengaja."
Beliau s.a.w. bersabda: "Benar - kita telah melaksanakan."
"Ya Tuhan kita, janganlah Engkau pikulkan kepada kita beban yang berat, sebagaimana
yang telah Engkau pikulkan kepada orang-orang yang terdahulu sebelum kita."
Beliau bersabda: "Benar."
"Ya Tuhan kita, janganlah Engkau pikulkan kepada kita sesuatu yang kita tidak kuat
melaksanakannya."
Beliau bersabda: "Benar."
"Dan berilah maaf dan pengampunan, belas kasihanlah kita. Engkau pelindung kita,
maka tolonglah kita terhadap kaum kafirin itu."
Beliau bersabda: "Benar." (Ayat di atas dari surat al-Baqarah 286). (Riwayat Muslim)
0 komentar:
Post a Comment