Putri Rasulullah, Fatimah Az-Zahra memiliki kepribadian yang sabar, lembut hati,
suka menolong dan penyayang. Salah satu kisah kebaikan hati istri Ali bin Abi Thalib
itu adalah tentang kalung miliknya.
Suatu ketika Rasullah sedang duduk di masjid bersama dengan para sahabat, tiba-tiba
datang seorang musafir yang kehabisan bekal. Si musafir berkata kepada Rasul.
"Ya Rasulullah, saya lapar sekali, berilah saya makanan. Saya tak punya pakaian
kecuali yang saya kenakan, saya tak punya uang untuk bekal pulang. Tolong saya ya Rasul".
Rasul lalu menjawab "Sayang aku sedang tidak memiliki apa-apa untuk diberikan kepadamu,
tetapi orang yang menunjukan kebaikan adalah sama dengan orang yang melakukannya."
Rasul lalu menyuruh si musafir untuk ke rumah putrinya, Fatimah Az Zahra. "Pergilah
ke tempat orang yang dicintai Allah dan Rasulnya, dia lebih mengutamakan Allah dari
pada dirinya sendiri, itulah Fatimah putriku."
Kemudian Rasulullah meminta sahabatnya untuk mengantar musafir ke rumah Fatimah.
Ketika di rumah Fatimah, ternyata tidak ada sesuatu yang layak dimakan, Fatimah
juga tidak punya uang untuk diberikan. Fatimah kemudian teringat kalung hadiah
pernikahannya dengan Ali. Dengan hati ikhlas Fatimah lalu memberikan satu-satunya
harta yang dimilikinya kepada si musafir. "Juallah kalung ini, mudah-mudahan harganya
cukup untuk memenuhi kebutuhanmu," kata Fatimah.
Musafir itu lalu kembali ke tempat Rasul yang sedang berkumpul dengan sahabatnya
dan memperlihatkan kalung yang diberikan Fatimah kepadanya. Rasul begitu terharu
dan tak kuasa menahan tangis, putri tercintanya rela memberikan satu-satunya harta
yang dimiliki untuk membantu si musafir itu.
Salah seorang sahabat bernama Ammar bi Yasir mengajukan diri untuk membeli kalung itu.
"Berapa hendak kau jual kalung itu?" tanya Ammar bin yasir kepada si musafir.
"Aku akan menjualnya dengan roti dan daging yang bisa mengenyangkan perutku,
sebuah baju penutup tubuhku dan uang 10 dinar untuk bekalku pulang". Ammar lalu
membeli kalung itu dengan harga 20 dinar emas, ditambah sebuah baju, serta seekor
unta untuk tunggangan si musafir.
Setelah itu Ammar berkata kepada budaknya yang bernama, Asham. "Wahai Asham,
pergilah menghadap Rasulullah dan katakan aku menghadiahkan kalung ini dan juga
engkau kepadanya. Jadi mulai hari ini kamu bukan budakku lagi tetapi budak Rasulullah."
Rasulullah yang menerima pesan Ammar tersenyum dan melakukan hal yang sama.
Fatimah begitu berbahagia menerima hadiah kalung dari ayahandanya,
meskipun dia tahu kalung itu adalah kalung miliknya yang diberikan kepada musafir.
Dia juga mendapat hadiah seorang budak.
Fatimah yang berhati lembut bukan berbahagia mendapatkan budak, dia justru
membebaskan Asham dan menjadikan Asham manusia merdeka. Asham begitu
gembira karena dirinya tak lagi menjadi budak. Dia tersenyum dan tertawa hingga
membuat Fatimah bingung. Asham lalu berkata.
"Aku tertawa karena kagum dan takjub akan berkah kalung itu. Kalung itu telah
mengenyangkan orang yang lapar, telah menutup tubuh orang yang telanjang,
telah memenuhi hajat seorang yang fakir dan akhirnya telah membebaskan seorang
budak," jawab Asham.
Kisah ini bisa menjadi pelajaran dan hikmah agar selalu bersedekah meski dalam
keadaan sulit.
suka menolong dan penyayang. Salah satu kisah kebaikan hati istri Ali bin Abi Thalib
itu adalah tentang kalung miliknya.
Suatu ketika Rasullah sedang duduk di masjid bersama dengan para sahabat, tiba-tiba
datang seorang musafir yang kehabisan bekal. Si musafir berkata kepada Rasul.
"Ya Rasulullah, saya lapar sekali, berilah saya makanan. Saya tak punya pakaian
kecuali yang saya kenakan, saya tak punya uang untuk bekal pulang. Tolong saya ya Rasul".
Rasul lalu menjawab "Sayang aku sedang tidak memiliki apa-apa untuk diberikan kepadamu,
tetapi orang yang menunjukan kebaikan adalah sama dengan orang yang melakukannya."
Rasul lalu menyuruh si musafir untuk ke rumah putrinya, Fatimah Az Zahra. "Pergilah
ke tempat orang yang dicintai Allah dan Rasulnya, dia lebih mengutamakan Allah dari
pada dirinya sendiri, itulah Fatimah putriku."
Kemudian Rasulullah meminta sahabatnya untuk mengantar musafir ke rumah Fatimah.
Ketika di rumah Fatimah, ternyata tidak ada sesuatu yang layak dimakan, Fatimah
juga tidak punya uang untuk diberikan. Fatimah kemudian teringat kalung hadiah
pernikahannya dengan Ali. Dengan hati ikhlas Fatimah lalu memberikan satu-satunya
harta yang dimilikinya kepada si musafir. "Juallah kalung ini, mudah-mudahan harganya
cukup untuk memenuhi kebutuhanmu," kata Fatimah.
Musafir itu lalu kembali ke tempat Rasul yang sedang berkumpul dengan sahabatnya
dan memperlihatkan kalung yang diberikan Fatimah kepadanya. Rasul begitu terharu
dan tak kuasa menahan tangis, putri tercintanya rela memberikan satu-satunya harta
yang dimiliki untuk membantu si musafir itu.
Salah seorang sahabat bernama Ammar bi Yasir mengajukan diri untuk membeli kalung itu.
"Berapa hendak kau jual kalung itu?" tanya Ammar bin yasir kepada si musafir.
"Aku akan menjualnya dengan roti dan daging yang bisa mengenyangkan perutku,
sebuah baju penutup tubuhku dan uang 10 dinar untuk bekalku pulang". Ammar lalu
membeli kalung itu dengan harga 20 dinar emas, ditambah sebuah baju, serta seekor
unta untuk tunggangan si musafir.
Setelah itu Ammar berkata kepada budaknya yang bernama, Asham. "Wahai Asham,
pergilah menghadap Rasulullah dan katakan aku menghadiahkan kalung ini dan juga
engkau kepadanya. Jadi mulai hari ini kamu bukan budakku lagi tetapi budak Rasulullah."
Rasulullah yang menerima pesan Ammar tersenyum dan melakukan hal yang sama.
Fatimah begitu berbahagia menerima hadiah kalung dari ayahandanya,
meskipun dia tahu kalung itu adalah kalung miliknya yang diberikan kepada musafir.
Dia juga mendapat hadiah seorang budak.
Fatimah yang berhati lembut bukan berbahagia mendapatkan budak, dia justru
membebaskan Asham dan menjadikan Asham manusia merdeka. Asham begitu
gembira karena dirinya tak lagi menjadi budak. Dia tersenyum dan tertawa hingga
membuat Fatimah bingung. Asham lalu berkata.
"Aku tertawa karena kagum dan takjub akan berkah kalung itu. Kalung itu telah
mengenyangkan orang yang lapar, telah menutup tubuh orang yang telanjang,
telah memenuhi hajat seorang yang fakir dan akhirnya telah membebaskan seorang
budak," jawab Asham.
Kisah ini bisa menjadi pelajaran dan hikmah agar selalu bersedekah meski dalam
keadaan sulit.
0 komentar:
Post a Comment