USWATUN HASANAH (KETELADANAN)
Setiap orang memahami bahwa keteladanan merupakan salah satu karakteristik penting bagi keberhasilan seorang pemimpin. Teori kepemimpinan transformasional, sebuah temuan baru dalam perkembangan teori kepemimpinan, meletakkan keteladanan pada peringkat pertama di antara sejumlah karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Bass dan Riggio (2006) menyatakan bahwa pemimpin tranformasional dicirikan oleh empat komponen yang dikenal dengan “Four I’s”: idealized influence, inspirational motivation, intelectual inspiration, dan individual consideration.“I” pertama, idealized influence atau pengaruh yang ideal, menjabarkan tingkah laku dan pengaruh yang dapat mengembangkan kepercayaan pengikut. Pemimpin yang demikian ini dipuja, dihormati, dan dipercaya oleh para pengikutnya. Para pengikutnya bersimpati kepada sang pemimpin dan ingin menirunya dan disanjung karena dipandang memiliki kemampuan, keberanian, dan keteguhan pendirian yang luar biasa (Bass dan Riggio 2006).
Kouzes dan Posner (2007) sebagai pengembang teori kepemimpinan berhaluan transformasional juga meletakkan keteladanan sebagai praktik utama kepemimpinan yang berhasil. Karena memandang begitu pentingnya keteladanan, kedua ahli menyebut konsep kepemimpinan yang dikembangkannya sebagai Kepemimpinan Keteladanan atau Exemplary Leadership. Dalam teori kepemimpinan keteladanan Kouzes dan Posner (2003 dan 2007) menyatakan bahwa ketika mendapati sesuatu yang luar biasa terjadi, pemimpinan melaksanakan lima praktik kepemimpin teladan: mencontohkan cara (Model the Way), menginspirasi visi bersama (Inspire a Shared Vision), menantang proses (Challenge the Process), memampukan orang lain untuk bertindak (Enable Others to Act), dan menyemangati jiwa (Encourage the Heart).
Dalam kaitannya dengan model the way Kouzes dan Posner (2007) berpandangan bahwa memimpin berarti bahwa anda harus menjadi contoh yang baik, dan mewujudkan apa yang Anda katakan. Gelar yang dimiliki seseorang merupakan pemberian, akan tetapi kehormatan hanya dapat dicapai melalui tingkah laku seseorang. Apabila pemimpin ingin mendapatkan komitmen dan mencapai standar tertinggi, ia harus menjadi model tingkah laku yang diharapkan dari orang lain. Jangan pernah meminta orang lain melakukan sesuatu yang
Anda sendiri tidak mau melakukannya. Pemimpin memberikan model. Agar dapat mencohtohkan perilaku yang diharapkan dari orang lain secara efektif, pertama-tama pemimpin harus memahami dengan jelas prinsip- prinsip yang memandu perilakunya. Pemimpin harus menemukan pendirian mereka sendiri, baru kemudian menyuarakan dengan jelas dan tepat nilai-nilai yang dianutnya itu. Oleh karena pemimpin harus memperjuangkan keyakinannya, dengan sendirinya setiap pemimpin harus memiliki keyakinan yang harus diperjuangkan. Pidato-pidato tentang nilai-nilai bersama saja tidak cukup. Apabila pemimpin ingin menunjukkan betapa sungguh-sungguhnya ia terhadap apa yang ia katakan, perbuatan pemimpin jauh lebih penting dari pada kata-kata yang diucapkan. Kata dan perbuatan harus konsisten. Pemimpin teladan selalu berada di depan. Mereka berada di depan dengan cara memberikan contoh melalui kegiatan sehari-hari yang menunjukkan bahwa dia memiliki komitmen yang kuat terhadap apa yang diyakininya. Pemimpin memahami kekuatan mencurahkan waktu untuk bersama dengan orang lain, bekerja saling membantu dengan sejawat, dan menyampaikan cerita-cerita yang dapat menghidupkan nilai-nilai yang dianut, berkeyakinan kuat dalam ketidak pastian, dan mengajukan berbagai pertanyaan agar orang lain mengungkapkan aspirasi dan keinginannya. “Modeling the way is about earning the right and the respect to lead through direct involvement and action. People follow first the person, then the plan.” (Kouzes dan Posner, 2007:16).
Dari uraian di atas Kouzes dan Posner (2007) menyarankan dua langkah penting agar keteladanan kita efektif. Pemimpin pertama kali harus menemukan suara hatinnya dengan memperjelas nilai-nilai pribadi yang dianutnya baru kemudian memberi contoh dengan cara menyelaraskan tindakannya dengan nilai-nilai bersama. Berikut diuraikan secara singkat rincian dari kedua langkah tersebut.
Para siswa berharap agar guru menyuarakan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dianut Untuk berbicara sesuatu kepala sekolah harus mengetahui apa yang sedang ia bicarakan. Untuk memperjuangkan keyakinannya, kepala sekolah harus mengetahui apa yang Anda perjuangkan. “To walk the talk, you have to have a talk to walk” (Kouzes dan Posner, 2007:47). Untuk melakukan apa yang dikatakan, Guru harus mengetahui apa yang ingin ia katakan. Untuk mendapatkan dan mempertahankan kredibilitas, peratama-tama guru harus mampu mengartikulasikan dengan jelas keyakinan yang ia pegang teguh. Inilah sebabnya maka memperjelas nilai-nilai merupakan komitmen pertama seorang kepala seolah. Memperjelas nilai merupakan awal mula dari semua hal yang terkait dengan kepemimpinan. Untuk memperjelas nilai-nilai yang dianut, guru harus melakukan dua hal berikut: Menemukan suara hati Anda, Selaraskan dengan nilai bersama Untuk menjadi pemimpin yang kredibel, guru harus benar- benar memahami keyakinan—nilai, prinsip, standar, etika, dan idealism yang dipegang teguh yang menjadi pemandu tindakannya. guru harus memilih dengan jujur prinsip-prinsip yang akan digunakan sebagai landasan dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan. Guru harus mampu mengekspresikan dirinya sendiri. Guru harus mengkomunikasikan keyakinannya dengan cara-cara yang autentik dan unik sehingga dapat merepresantasikan siapa dirinya. Akan tetapi guru tidak boleh hanya berbicara tentang dirinya sendiri ketika mengemukakan nilai-nilai yang menjadi pemandu pengambilan keputusan dan tindakannya. Ketika seorang guru mengungkapkan komitmennya tentang kualitas dan inovasi pendidikan, atau nilai-nilai utama lainnya, seharusnya guru tidak mengucapkan, “Saya yakin akan hal ini.” Dia membangun komitmen peserta didik dengan mengatakan, “Kita semua yakin akan hal itu.” Oleh karena itu, guru bukan hanya harus memperjelas nilai pribadinya akan tetapi juga harus memastikan adanya serangkaian nilai-nilai yang disepakati Di antara semua peserta didik yang dipimpinnya.
Meskipun merupakan hal yang esensial bagi setiap guru , kejelasan nilai-nilai pribadi saja tidak cukup. Guru tidak hanya berbicara dengan dirinya sendiri, dia juga harus berbicara dengan peserta didik yang dipimpinnya. Harus ada kesepakatan atas nilai bersama yang dipegang teguh oleh murid-muridnya. Nilai-nilai bersama akan menghasilkan perbedaan yang positif dan signifikan dalam hal sikap dan kinerja para peserta didik, dan pemahaman bersama terhadap nilai-nilai itu akan tumbuh melalui proses, bukan melalui slogan-slogan atau pengumuman. Kebersamaan akan terbangun melalui dialog. Pengembangan diri merupakan hal esensial yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa setiap siswa mampu bertindak atas dasar nilai bersama. Kredibilitas, baik individual meupun organisasional, bukan hanya janji—melalinkan juga kemampuan untuk mewujudkan janji itu.
Kouzes dan Posner (2007) menyarankan tiga cara untuk mengembangkan kompetensi yang diperlukan dalam memperjelas nilai tersebut:
(1) tulis sebuah harga untuk diri anda,
(2) tulis kredo Anda, dan
(3) lakukan dialog kredo. Berikut diuraikan langkah-langkah yang dapat ditempuh ketiga cara ini.
Proses memperjelas nilai-nilai dapat diawali dengan melakukan refleksi terhadap sosok diri ideal yang Anda bayangkan—Anda ingin dilitah seperti apa oleh orang lain. Ungkapan-ungkapan seperti apa yang Anda inginkan untuk diucapkan oleh orang lain tentang diri Anda? Bagaimana Anda ingin dikenang oleh orang lain? Uraian tentang diri seperti apa yang paling Anda banggakan? Ungkapan dan sifat-sifat seperti itu memang terkesan muluk-muluk dan ideal. Akan tetapi, semakin kuat kejelasan, keyakinan, dan cita-cita terhadap standar keunggulan pribadi, semakin besar peluang kita untuk berbuat sesuai dengan cita-cita itu. Berbicara tentang memberi contoh pasti terkait dengan pelaksanaan tindakan. Kouzes dan Posner (2007:75) menyatakan: “[setting the examples] is about putting your money where your mouth is..” Memberi contoh adalah mempraktikkan apa yang Anda pidatokan, melaksanakan komitmen, memenuhi janji, bertindak sesuai ucapan, dan melalukan apa yang Anda katakan.
Oleh karena Guru merupakan pemimpin orang lain dan bukan hanya memimpin dirinya sendiri maka memipin juga berkaitan dengan apa yang dilakukan peserta didik. Seberapa konsistenkah antara tindakan dan kata- kata mereka? Sejauh mana mereka mempraktikkan apa yang mereka serukan? Sebagai pemimpin, guru bertanggung jawab atas apa yang mereka lalukan.
Terdapat dua hal esensial yang diperlukan dalam pemberian keteladanan, satu terfokus pada diri guru itu sendiri dan yang lain terfokus pada peserta didik yang dipimpinnya. Yang pertama dilakukan melalui mempribadikan nilai bersama dan yang berikutnya membelajarkan orang lain untuk memodelkan nilai-nilai itu. Untuk mempraktikkan kedua hal itu, guru menjadi model bagi apa yang diperjuangkan oleh semua peserta didik dan juga menciptakan budaya dimana setiap siswa berkomitmen untuk menyelaraskan dirinya dengan nilai-nilai bersama.
Mempribadikan nilai bersama Jika seorang guru menginginkan hasil yang lebih baik dalam kempribadikan nilai-nilai bersama, ia harus memastikan bahwa ia mempraktikkan apa yang ia khotbahkan. Dia lebih banyak berbicara dengan perbuatan dari pada dengan kata-kata. Pemimpin adalah duta bagi nilai-nilai bersama semua siswa untuk merepresentasikan nilai-nilai dan standar, siapapun dan di manapun. Kouzes dan Posner(2007) menyarankan beberapa cara sebagai berikut untuk secara pribadi memberikan teladan tentang nilai bersama di lingkungan sekolah. Menggunakan waktu dan perhatian secara bijaksana. menggunakan sumber daya tak terbarukan ini hanya untuk nilai-nilai yang paling penting. berhati-hati dalam memilih kosa kata. Mengguunakan kata-kata dan frasa yang mampu memberikan ekspresi terbaik terhadap budaya yang Anda inginkan. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bermakna. Mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang secara sengaja dimaksudkan untuk menstimulasi siswa untuk berfikir lebih bermakna tentang nilai-nilai bersama. Memintalah pendapat. Berusaha membelajarkan Orang Lain Untuk Memodelkan Nilai-Nilai Bersama Orang-orang di sekitar sekolah tidak hanya melihat guru, mereka juga memperhatikan warga sekolah lainnya. Mereka menaruh perhatian terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan oleh warga sekolah. Bukan hanya guru yang diperhatikan konsistensinya antara kata dan perbuatan. Semua warga sekolah merupakan pengirim sinyal tentang apa yang dihargai dan juga keteladanannya. Salah satu tugas guru adalah menjamin bahwa tindakan semua siswa sejalan dengan nilai-nilai bersama. Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk membelajarkan siswa sehingga mereka turut bertanggung jawab bagi kehidupan nilai- nilai bersama. Memperhatikan kejadian-kejadian penting. Beri respon terhadap kejadian-kejadian yang mengganggu nilai-nilai dengan cara-cara yang memperkuat nilai-nilai utama.
Dapat menyampaikan melalui cerita. Berilah contoh-contoh kepada para siswa tentang apa yang dilakukan oleh para siswa dalam menghidupkan nilai- nilai bersama, dan pastikan untuk selalu menyebutkan “moral pada akhir cerita.”Berilah penguatan terhadap perilaku yang Anda inginkan. Buatlah nilai dan ukur perilaku untuk menentukan konsistensi dengan nilai-nilai bersama. Berikan pengakuan dengan cara yang terukur maupun tidak terukur terhadap perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai yang dianut. Teori kepemimpinan terbaru meletakkan keteladanan pada peringkat pertama di antara sejumlah karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang guru, sebagai pemimpin pada dasarnya menjadi contoh yang baik, dan mewujudkan apa yang Anda katakan. Agar diteladani, pertama-tama guru harus benar-benar memahami prinsip-prinsip yang memandu perilakunya. Guru harus menemukan pendirian mereka sendiri, baru kemudian menyuarakan dengan jelas dan tepat nilai-nilai yang dianutnya itu. Oleh karena pemimpin harus memperjuangkan keyakinannya, dengan sendirinya setiap pemimpin harus memiliki keyakinan yang harus diperjuangkan. Menjadi teladan/uswatun khasanah dalam mempraktikkan apa yang telah ditentukan oleh lembaga dengan komitmen, memenuhi janji, bertindak sesuai ucapan, dan melalukan apa yang Anda katakana kepada para peserta didik.
0 komentar:
Post a Comment